Minggu, 01 Mei 2011

A lovely 1st week




. . . Minggu, 1 Mei 2011. Goresan silang di deretan angka dari kalender kecil-ku yang berdiri di atas itu meja sudah sebanyak 7 buah. Yuppss, ini hari ke tujuh atau seminggu persis dari perjalanan baru-ku di tempat ini. Sebuah perjalanan yang dahulu masih sebatas mimpi riang yang berlangsung sesaat. Ini kehidupan yang memang kuharapkan, ini jejak yang ingin kutelusuri. Dan yang menyenangkan –setidaknya sejauh ini--, seluruh gerak alam seperti menerimsaya dengan tangan terbuka. Dalam kehidupan ini, saya seperti menjadi tamu yang memang sudah dinantikan.

Semenjak awal, sejumlah ketakuatan minor yang sempat hadir, nyaris tidak kutemui. Ketika hendak berangkat, misalnya. Tiba-tiba saja, seorang kerabat menawarkan diri untuk menjemput-ku setiba di bandara. Namanya Pak Nyoman, seorang keturunan Bali yang besar di Poso. Orang tua Pak Nyoman, sudah berimigrasi ke Poso semenjak berpuluh-puluh tahun lalu. Dahulu, sewaktu masih di Poso, dia bersama keluarganya, tinggal tak jauh dari rumahku. Ketika kerusuhan Poso pecah, mereka memutuskan untuk meninggalkan kota itu untuk menetap dan memulai hidup baru di Pulau Bali, tanah leluhurnya. Istri Pak Nyoman, namanya Ibu Wayan, adalah teman sekantor dengan Alm.Ibuku. Dan kami memang sudah berhubungan baik semenjak masa itu.

Setiba di Bandara Ngurah Rai, Pak Nyoman sudah menunggu disana. Mungkin sudah agak lama, karena pesawat yang ku tumpangi sempat delay 1 jam dari jadwal sebenarnya. Saya, yang memang dahulu kerap ke rumahnya, masih bisa mengingat wajahnya meski lebih 10 tahun tak pernah lagi bersua. Ternyata dia pun begitu.

Usai mengajak makan (yang tidak kutolak karena rasa lapar pasca penundaan keberangkatan), kami langsung bergerak ke rumahnya. Jadilah malam itu, saya menginap di kediamannya. Yahh, sambutan mereka begitu hangat. Mereka terus meyakinkanku untuk tidak segan memberi kabar kalau membutuhkan sesuatu. Perlahan, saat itu saya mulai berguman kecil “ .. Alhamdulillah, saya tidak sepenuhnya sendiri disini ..“

Keesokan paginya, saya langsung diantar ke rumah kos. Tempat ini adalah rekomendasi dari seoarang adik angkatan yang juga pernah belajar di IALF .. (thanks Dian F). Dituntun melalui pembicaraan telepon, kami pun menemukan tempat itu. Jaraknya hanya sekitar 80 meter dari lokasi belajarku. Lokasi disekitar situ memang banyak bisa di temui tempat kos. Setiap tahunnya, para penerima beasiswa ADS harus melewati proses ‘pemeraman’ sebelum kemudian diberangkatkan.

Seminggu berada di tempat kos ini, aku sudah menemukan kenyamanannya. Keluarga pemilik kos ini begitu baik dan peduli. Disini, kami para penghuni kos memperoleh akses penuh ke dapur keluarga. Kita boleh menggunakan gelas dan piring serta air panas yang ada disitu. Tentu saja harus bertanggung jawab atas penggunannya. Jadi, aku tidak perlu lagi membeli dispenser untuk memenuhi hasrat minum kopi tiap harinya.

*****

Di IALF sendiri, setiap harinya proses belajar berlangsung selama 4-6 jam. Materinya masih yang ‘ringan-ringan’. Misalnya saja, mengenal-kata-kata yang kerap hadir dalam kegiatan akademik di luar negeri sana. Berikut juga, tentang menulis paragraf yang sistematis dan beralur pikir. Model kalimat-kalimat induktif, serta bagaimana menyambung-nyambung gagasan dalam wadah tulisan ilmiah yang sederhana. Tapi sekali lagi, ini baru awal, jadi masih terkesan sangat mudah untuk di lalui. Begitu pun dengan tugas-tugas dan homework yang diberikan. Semuanya masih dalam level ‘kacangan’.

Mark, wali kelas kami untuk 4 bulan ke depan ini, memang sudah mewanti-wanti bahwa barisan tugas berat baru akan hadir dalam 3 bulan ke depan. Saat itu, katanya, setiap pekannya kita akan dijejali dengan membuat discussion paper sebanyak 2.500 -3.000 kata. Dan untuk saat ini, kita baru dalam tahap pemantapan gramatikal dan memperbanyak koleksi vocabulary sebagai persiapan utuk penulisan ilmiah. (Itulah mengapa saat ini saya masih bisa meng-update status FB, menulis penggalan-pengalan cerita di blog, serta berjalan-jalan ke sejumlah tempat .. Hahahahah)

Sejauh ini, segalanya memang masih terasa menyenangkan. Pertama, mungkin karena materinya mayoritas pengulangan dari banyak hal yang sudah pernah kudapatkan. Kedua, mungkin karena ‘Bagaimana Proses belajar itu diberikan’ … Yuupss, jujur saja, saya sedikitpun belum menemui kejengahan saat berada di ruang kelas. Mark, mengajar kami dengan begitu atraktif. Metodenya tidak membuat bosan ataupun ngantuk. Dia seperti punya banyak cara untuk menghadirkan diskusi yang ceria. Games-games ringan setiap satu jam pelajaran juga menghadirkan variasi-variasi yang seru. Sama sekali tidak ada ketakutan untuk mengeksplorasi diri. Dia bisa memancing kita berbicara, seberantakan apapun kualitas speaking kita. Oh iya, pria asal Bristol (Inggris) ini juga ternyata seorang gila bola dan pecinta Manchester United. Dalam beberapa kesempatan, dia memulai kuliah dengan berbagi cerita tentang pertandingan MU. Kalau sudah seperti ini, sayapun hadir sebagai ‘lawan setimpal’ bagi dia . . Hahahahaha …
Selain itu, kami juga diberikan pembekalan tentang Information Literacy, yaitu bagaimana memanfaatkan sumber-sumber informasi di Internet untuk kebutuhan pendidikan. Tak lupa juga dengan sistematika pencarian informasi buku di perpustakaan menurut standar Internasional. Ternyata, perpustakaan disini, sudah menggunakan standar itu. Jadi, kita mesti tahu cara-nya.

Memang, Self Study, atau metode belajar sendiri, sangat di dorong di tempat ini. Materi pembelajaran yang ‘hanya 6 jam’ dikelas sangatlah tidak cukup. Para siswa mesti di dorong untuk belajar secara independen. Dan salah satu jalan untuk itu ialah dengan menyediakan ruang-ruang serta akses untuk itu. Bahkan, disini kita mesti log-in dengan account sendiri jika ingin menggunakan komputer. Jadi, setiap aktifitas penggunaan komputer dan internet yang kita lakukan akan terpantau. Dan mungkin akan ada pertanggung jawaban atas itu … (Hancur ma saya. Satu minggu ini, halaman FB jie yang paling sering ku buka).

Hari jumat kemarin, menjelas akhir pekan, kami melakukan ‘Self Consultation’ dengan pihak IALF. Disini, mereka diwakili oleh Mark sendiri, sebagai pengajar kami. Satu-persatu, kami masuk ke ruang kelas untuk ditanyai berbagai hal. Setiap kami, di tanyakan tentang kehidupan kami di Bali setelah seminggu ini dan apakah kami sudah mendapatkan semua hal yang kami inginkan. Berikut juga tentang kehidupan akademik selama di IALF. Berdasarkan score IELTS yang dulu kami peroleh, orientasi pembelajaran kami akan ditentukan. Mana yang perlu di permantap (begitu singkatnya). Oh iya, kehidupan keluarga kami juga menjadi hal yang ingin mereka ketahui . . . . Layaknya dokter, mereka seperti ingin tahu treatmen apa yang mesti diberikan pada setiap kami secara spesifik .. . .

*****

0 komentar:

Posting Komentar