Jumat, 19 Maret 2010

brankas Tua


Ruangan tempat ku berada saat ini tidak terlalu besar. Ukurannya mungkin standar untuk sebuah ruang kerja. Ada pasangan meja dan kursi, serta tumpukan buku-buku yang tidak teratur dan membuat kemudian ruang ini terasa agak sempit dan sesak. Sudah seperti inilah kondisi ruangan ini dalam keadaan 'normal'. Berantakan dan tak beratur. Saya memang termasuk pribadi yang gagap dengan kerapihan dan keteraturan. Bukan karena tidak punya waktu, tetapi karena...malas.

Seperti saat ini, duduk di kursi kerja yang nyaman dan empuk sembari menggoyangkannya ke kiri dan kanan. Kedua kaki terangkat memanjang diatas meja hingga menindih beberapa laporan penting dari tempatku bekerja. Kedua tangan terlentang di belakang kepala yang sesekali terasa berdenyut, sakit. Tapi jujur saja, ini bukan sepenuhnya karena faktor malas. Tetapi juga karena lelah tengah menghinggapi. Seharian tadi, mobilitasku cukup tinggi. Mengunjungi beberapa tempat untuk sejumlah keperluan. Berurusan ini dan itu, termasuk lari menyelamatkan diri dari Sweeping jalanan yang dilakukan oleh aparat kepolisian. Setelah itu, menyempatkan waktu berolahraga sore untuk menekan timbunan lemak yang tengah mengerubuti lingkar perutku ini. Hingga lepas maghrib saya akhirnya tiba dirumah...................
............

Beberapa saat tadi, seorang sahabat datang mengunjungiku. Sudah lama saya berkenalan dengannya. Kita pun ngobrol tentang beragam hal. Termasuk kehidupanku saat ini dan......Masa lalu..!!!. Memang, bagi dua sahabat lama, tidak ada yang lebih menyenangkan selain bercerita tentang potongan sejarah yang lampau. Sambil sesekali membuka tabir-tabir rahasia yang masih tersimpan. Dan saya suka keadaan ini.

Dengan begitu bersemangat, saya menarik keluar semua 'brankas-brankas tua' yang terjejer di sudut ruangan ini. Disitu tersimpan semua cerita masa lalu saya, dia dan teman-teman serta kampus kita tercinta. Lembar demi lembar cerita disuguhkan diatas meja. Dan dibaca satu demi satu. Karena sudah tua, lembaran-lembaran itupun kusam dan berdebu. Bahkan semua hurufnya nyaris pudar karena di gerogoti waktu. Tapi masih mampu untuk diingat dan diidentifikasi.

Gelak tawa nyaris tak pernah putus selama itu. kita menertawai segala hal. Baik cerita, foto, peristiwa dan segala-galanya. Bahkan sesuatu yang dahulu begitu sakral atau menyeramkan, terasa sangat geli saat kita menghadirkannya dalam dimensi waktu yang berbeda seperti saat ini.

Hal yang menyenangkan memang membuat waktu terasa cepat berlalu. Tak terasa, semua brankas itu tuntas terbahas, lengkap dengan gelak tawa yang melelahkan...Tapi, masih ada satu. Satu brankas lagi yang tersisa. Brankas tua yang satu ini memang terletak paling belakang dan paling tersembunyi diantara brankas-brankas lainnya. Modelnya pun sedikit berbeda. Lebih bersih, lebih terawat dan yang paling mencolok, ada kunci pengaman ganda tersemat disitu. Kunci seperti itu tidak dimiliki oleh yang brankas-brankas yang lain.

Tawa kami sekejap terhenti. Saya menatap lama ke arah brankas terakhir itu, untuk kemudian berpaling ke arah sahabat saya. Dia hanya mengangkat bahu. Menyerahkan semua keputusan kepadaku. Apakah akan ikut membuka brankas terakhir itu, ataukah tidak.

Usai menarik nafas panjang, Brankas terakhir itupun kuraih. Meletakkannya diatas meja dengan penuh kehati-hatian. Jangan sampai lecet atau tergores......

Bukan tanpa alasan hingga brankas ini kuletakkan di bagian paling belakang dan tersembunyi. Dan Bukan tanpa alasan pula kupakaikan gembok pengaman ganda pada katup pembukanya. Karena di dalam brankas ini, tersimpan lembaran-lembaran khusus yang bertuliskan periode terindah dalam alur hidupku sejauh ini. Sebuah masa yang menggairahkan, penuh gelora, perjuangan dan....arghhhh..!!!! Singkatnya, sebuah puncak ke-Cintaan yang agung. Indah...... dan sangat indah. Hingga akhirnya ku tak ingin ada yang lancang mencoba mencuri atau mengutak-atik lembaran-lembaran indah itu. Menyentuhnya, mengotorinya apalagi hingga merusaknya. Dia harus tetap aman disana.........Makanya kugandakan pengamannya.


Cerita dalam lembaran yang 'indah' ini memang bukan monopoliku seorang. Ada dirinya yang juga menjadi tokoh utamanya. Dirinya yang membuat cerita ini menjadi sesuatu yang luar biasa bagiku. Membuat hari-hariku penuh semangat dan totalitas untuk memberi.

Namun sayang, alur kehidupan kadang tidak berakhir sebagaimana yang ingin kita pilih. Dia bisa sekejap berkelok dan tidak berakhir di tempat yang kita mau. Seperti labirin yang ternyata tak berujung dengan garis finis yang diharapkan, dimana sorak sorai akan menyambutku dengan segenap kebahagiaan.

Kebersamaan kita ternyata berbatas. Waktu, dengan segala tuntutannya akhirnya memisahkan kau dan aku, dan hanya menyisakan tulisan nostalgia di lembaran-lembaran yang ada dalam brankas ini. Kenyataan itu masih menyisakan lebam di hati dan ingatanku. seakan masih sulit menerima bahwa ending-nya ternyata tak berakhir sempurna, sebagaimana skenario yang telah kususun.

Hanya lembaran-lembaran sejarah dan brankas tua itu yang tersisa.......

Saya tak ingin mengingat masa-masa itu lagi. Masa yang sangat indah, tapi menyakitkan kalau harus diperhadapkan dengan realitas hari ini. Lembaran itu memang hanya menawan untuk dikenang, tapi terasa nanar untuk terus diliati dan dibaca, sementara kenyataan yang terhampar hari ini sangat berbeda.

Itulah mengapa, brankas itu sengaja kusimpan dibagian paling akhir dan paling belakang.... Untuk mencegah agar luka ini tak menganga kembali jika terus memandanginya...

Sebenarnya, selalu ada keinginan untuk mengenyahkan brankas tua yang satu ini beserta segenap isinya.Menyobek-nyobeknya dan membakarnya sekalian. Biar selamanya tak ada lagi ancaman akan luka lama ini. tapi itu berarti aku egois dan pengecut...........sekali lagi, lembaran-lembaran ini tidak sepenuhnya milikku. Ada juga hak dia, orang yang lama kukagumi. Ingatan-ingatan akan dia selalu menanggalkan niatku untuk melakukan aksi pelenyapan pada brankas tua yang satu itu.... hingga satu hari kuharapkan dia akan datang, membuka brankas ini dan mengambil lembaran-lembaran tentangnya.

Dan saya masih menunggu saat itu tiba.....

Hmmmm, jika saja kau membaca tulisan ini, Diva. Datanglah...!!! ambil semua lembaran-lembaran tentangmu. Brankas tua ini ingin segera ku kosongkan, untuk kemudian ku-isi dengan lembaran-lembaran baru.........




0 komentar:

Posting Komentar