Jumat, 19 Maret 2010

Nothin' Hill


Satu cita-cita kecilku akhirnya tertuntaskan beberapa hari lalu. Menonton film NOTHING HILL. Film yang usianya sudah setua impianku untuk menyaksikannya. Ya, sudah lumayan lama keinginan ini hadir tapi tak pernah terwujudkan. Saya memang bukan seorang Movieholic yang rela menghabiskan banyak hal untuk memburu film-film terbaru dan yang menarik buatku. Hasrat kuatku kepada film ini memang tidak sampai membuatku terlalu ngotot untuk memburunya.

Yang pertama kali membuatku penasaran kepada film ini justru bukan filmnya sendiri. Tapi lebih karena Original Sound Track-nya berjudul ‘When You Say Nothing at All’ yang dinyanyikan oleh Ronan Keating. Lagu inilah yang kemudian menjadi daya tarik utama bagiku. Dan keinginan untuk menyaksikan filmnya pun menyusul belakangan.

Saya tak pernah membaca resensi dari film ini. Pun, Jalan ceritanya tak pernah kudengar dari mereka yang sudah menyaksikan. Tapi dari lagu OST-nya tadi, saya dengan mudah bisa menebak bagaimana alur-alur dalam film ini bakal terangkai. Dan apa semangat utama dari fim ini. Benar saja, usai menyaksikannya, menurutku tebakanku hampir tepat, atau katakanlah ‘tidak meleset jauh’.
Jalan cerita dari film ini sebenarnya klasik sekali. Tidak ada sesuatu yang baru, dan sebagaimana film-film Hollywood lainnya, lebih banyak menampilkan ‘impian’. Aku sudah kerap mendengar dongeng lama tentang seseorang dari comberan yang kumuh dan kumal yang kemudian menikah dengan dengan kalangan-kalangan atas. Hampir semua Fairy Tale macam itu sudah kuhapal diluar kepala (dan biasanya ceritanya diakhiri seperti ini . . . Dan akhirnya mereka pun menikah dan tinggal di Istana dengan penuh kebahagiaan. TAMAT ). Bagaimana kedua orang itu dipertemukan juga sangat oldies, ‘Tidak sengaja bertabarakan di jalan’. Inilah ‘cara bertemu’ yang paling merakyat dan membumi dalam jagad perfilman dan persinetronan, termasuk di Indonesia. Hmm. mungkin saja tidak ada pertemuan yang lebih dramatis dibanding harus bertabrakan seperti itu. (usai menyaksikan adegan itu, Tiba-tiba saja saya mulai jemu dengan filmnya).

Belum setengah saya menonton film ini, saya merasa seperti sudah tahu bagaimana ruh dari film ini. Terlebih saat mengingat kembali lirik lagu si Ronan Keating itu. When You Say Nothing at All. Biasanya, lagu utama sebuah film itu berkaitan erat dengan isi filmnya. Begitu asumsi yang saya buat.
Dalam beberapa diskusi dengan teman-teman sekelasku yang ‘sama-sama pintar’ berbahasa Inggris dulu, kami sepakat untuk menerjemahkan judul lagu itu menjadi ‘Saat Kau tidak berkata apa-apa’. Dulu sewaktu SMA memang aku bergabung disebuah komunitas kecil beranggotakan 5 orang yang punya hobi mendengarkan lagu barat –waktu itu boybands lagi menggila-- dan mendiskusikan lirik-liriknya. Nah, kata-kata dari lirik itu kita pake untuk kirim-kirim salam kepada ******tittt via radio lokal di kota kami. Jadi, seolah romantis, padahal kata-katanya full contekan.

Film ini, begitupun lagunya adalah suara-suara dari mereka yang ‘lidahnya Kelu’ untuk menyatakan ’Aku cinta padamu’ kepada orang yang cintainya. Mereka -mungkin- bukan tidak punya keberanian untuk menyatakan itu. Tapi mereka hanya punya cara lain untuk menyatakan. Kata ‘menyatakan’ sendiri mungkin tidak terlalu tepat, karena dia lebih bersifat oral dan administratif. Tidak menekankan pada perbuatan atau tindakan. Walaupun berasal dari kata dasar ‘nyata’, namun dia jarang sampai pada tataran implementasi. Orang-orang berlidah kelu ini lebih mendahulukan ‘tindakan apa kepada orang yang dicintainya’ dari pada ‘menyatakan apa kepada orang yang dicintainya’. Bahkan lebih dari itu, mereka menafikan keberadaan ‘menyatakan cinta’. Bagi mereka, mencintai seseorang itu bukan hadir lewat menyatakannya. Tapi dia hadir dengan menunjukkannya melalui tindakan dan perbuatan tentunya. Dalam telaah komunikasi, mereka ini menekankan pesan-pesan cintanya dalam hal-hal yang sifatnya non-verbal. Pada taraf awal, dia baru berupa chemistry atau ketertarikan emosional antara satu sama lain. Selanjutnya, bisa dihadirkan lewat bacaan-bacaan gerak tubuh.. The Smile on your face let me know that You need me. There’s a truth in your eyes saying you never leave me. Kata-kata ‘aku membutuhkanmu’ dan ‘aku takkan pernah meninggalkanmu’ ini menurut mereka, tidak lantas hadir dalam bentuk verbal yang terucap ataupun tertulis. Dia bisa diketahui serta hadir dari senyuman dan tatapan mata dari seorang yang mencinta. Dan akhirnya, pada taraf berikut, dia adalah sebuah tindak atau laku. “The touch of your hand says you’ll catch me wherever I fall”. Lagu ini memang sama sekali tidak melibatkan ‘ucapan ataupun perkataan’ dalam proses menyatakan ‘aku mencintai dirimu’. Kedua hal itu bahkan sudah di-cut di awal-awal lagu. “ Without Saying a words you can light up the dark”. Artinya kira-kira begini : Tanpa ber-kata atau ber-ucap satu kata pun pun kau sudah menerangi kegelapan. Menerangi kegelapan sendiri itu bisa bermakna kau sudah ‘menjelaskan/membuat terang semuanya’ .
Itulah mungkin kenapa dalam film Nothing Hill ini, --sebagaimana yang sudah diprediksi-- tidak pernah ada pernah terlontar ucapan ‘aku mencintaimu’ diantara kedua tokoh utamaya. Mereka ini mungkin tipe orang ‘berlidah kelu’. Yang saling menegaskan perasaannya masing-masing tidak melalui ucapan, tapi melalui hal-hal yang sifatnya non-verbal. Cinta mereka terbentuk dan terbangun melaui sikap saling menjaga dalam kebersamaan yang intens. Saya ingat ketika ketika sang Pria hampir memukul sekelompok orang yang tak berhenti menghina sang wanita disebuah restoran. Saya membayangkan kalau tiba-tiba sekelompok pria tadi tiba-tiba balik menghardik : “ Eh, siapa ko cowok ?” , karena mereka memang belum ada apa-apa. Hahahaha . . . .

Mereka, pasangan dalam film ini percaya itulah bentuk cara pengungkapan cinta yang terbaik, seraya melontarkan sindiran kepada orang-orang diluar mereka yang begitu mudahnya menebarkan kata itu di banyak tempat . . . . . .

Menurut temanku, film Ada Apa Dengan Cinta juga terinspirasi dari film ini. Bagaiman kisah cinta di dalamnya kemudian terjalin antara tanpa harus ada pernyataan verbal antara satu sama lain. Saya pun berpikir . . ah, ternyata Indonesia bisa juga . . .!!!

0 komentar:

Posting Komentar