Jumat, 19 Maret 2010

In KRL Center Kuala Lumpur



Saat itu saya tengah bersama Muthia, anak perempuan Ibu Nur --yang membawa saya ke Malaysia-- yang akan di kuliahkan di University Of Malay (UM). Kami baru saja kembali dari mengambil tas pakaian miliknya yang selama ini tersimpan di rumah kerabat ibu Nur. Sebagai seorang peneliti dan guru besar, Ibu Nur memang kerap datang ke Malaysia. Oleh karenanya dia sengaja meninggalkan satu tas penuh pakaian di rumah salah seorang kolega-nya. Agar tidak perlu repot-repot lagi membawa pakaian jika datang ke negara ini. Memang, selama ini jika datang ke Malaysia, Ibu Nur selalu tinggal di rumah koleganya yang berkewarganegaraan Philipina itu. Tempat itu terletak di kawasan Kunut, Pantai Tasik Selatan. Cuma untuk kedatangan kali ini berbeda. Kami tidak tinggal disitu lagi, tapi di kawasan Pantai Dalam, dirumah seorang kandidat Doktor di UM yang berasal dari Indonesia. Namanya pak Muslimin. (senior-ku di komunikasi UNHAS).

Sepulang dari mengambil tas tadi kami sebenarnya sudah naik dengan menggunakan taxi. Namun hal buruk terjadi, saat sang supir (di Malaysia disebut pemandu) tiba-tiba menurunkan kami ditengah jalan. Alasannya karena dia harus mengangkut anak sekolah yang telah menjadi pelangggannya. Dengan kedongkolan yang amat sangat kamipun terpaksa turun dn bermaksud berganti taksi lain. Tapi sayang, taksi yang dinanti-nanti tak kunjung lewat. Jikalaupun ada, pasti sudah berpenumpang di dalamnya. . . . . Arghhhhh . . .!!!!!

Bosan menunggu, kamipun sepakat untuk mencoba jalur kereta listrik. Satu-satunya 'keberuntungan' kami saat diturunkan oleh taxi tadi ialah diturunkannya kami di dekat stasiun KRL. Maka kami pun bergerak ke sana. Setibanya di stasiun kami langsung melihat dimana posisi kami sebenarnya saat itu. Oh . . ternyata kami tengah berada di wilayah Bandar Baru yang tidak memiliki akses KRL langsung ke Pantai Dalam sebagaimana tujuan kami. Tapi untunglah, Kuala Lumpur sudah memiliki sarana tranportasi umum kelas dunia (tolong, jangan pernah mencoba membandingkan dengan Jakarta). Karena setiap jalur KRL, dimanapun itu, itu pasti memiliki koneksi dengan Kuala Lumpur Sentral (KL Sentral) yang merupakan pusat pertemuan semua jalur transportasi massal di Kuala Lumpur. Kitapun mengambil rute itu, dan nanti setibanya di KL Sentral baru pindah ke KRL yang mengarah ke Pantai Dalam. Dari Bandar Baru kita akan melewati sekitar 8 atau 9 stasiun pemberhentian hingga tiba di KL Sentral. Cukup jauh memang. Tapi yakinlah, kenyamanan selama berada di dalam KRL --yang ber-AC, bersih dan tertib-- tidak akan membuat kita jengah.

Setelah hampir 15 menit perjalanan, kami tiba di KL Sentral. Kalau sudah berada disini, berarti Pantai Dalam sudah semakin dekat. Tinggal naik KRL ke arah sana yang akan tiba beberapa menit lagi. Kami duduk sejenak di kursi tunggu yang banyak tersedia disitu. KL Sentral adalah sebuah tempat yang menjadi pusat tranportasi massal di kota KL. Disini, kita bisa menempuh jarak ke mana saja dengan beragam pilihan sarana tranportasi. Dilantai bawah --tempat kami menunggu itu--, kita bisa menemukan stasiun KRL. Di lantai atasnya, tersedia sarana angkutan bis dengan berbagai tujuan. Di tempat itu, tersedia juga terminal taxi.

Akhirnya, KRL yang tunggu datang juga. Kami pun segera naik bersama penumang-penumpang lain. Dengan sedikit membuang badan, saya pun duduk di atas kereta listrik itu. Beberapa penumpang lain juga turut bersama saya. Ada yang langsung duduk, dan adapula yang kurang beruntung dan harus bergelantungan di lorong kereta. Kereta ini akan membawa saya kembali ke tempat hunian di kawasan Pantai Dalam. Tak begitu jelas berapa jaraknya dari tempat saya naik tadi. Tapi yang pasti, akan ada dua stasiun pemberhentian yang akan saya lewati. Informasi itu saya dapat dari peta rute kereta yang terpampang di dinding kereta tersebut.

Saat pertama masuk ke dalam KRL, entah kenapa saya langsung membayangkan seperti berada dalam suasana setting video klip-nya 'I Knew I Loved You' milik Savage Garden. Saat semua orang dalam KRL itu hening, sementara diluar sana suasana begitu gelap (Karena KRL-nya masih dijalur bawah tanah). Semua berlangsung syahdu dan pelan. Tak ada yang bicara dan semua terlihat sedang menerawang. . .Entah apa..!!.
Atau mungkin imajinasiku saja yang berpikir seperti itu. Maklum saja, menyeret tas besar sedari tadi memang membuatku lelah. Dan dalam keadaan lelah seperti ini, imajinasi bisa hadir dalam bentuk apapun tanpa bisa kita menghalau.

Suasana KRL mulai 'hidup' saat kita tiba di pemberhentian stasiun pertama. Hampir semua orang yang berada di gerbongku turun, dan dinantikan oleh mereka yang naik. Mereka yang naik ini juga lumayan banyak jumlahnya. Diantara mereka adalah seorang ibu berkain sari dari etnis India. Dia naik bersama dengan 2 orang anaknya (laki-laki dan perempuan) yang masih SD serta satu adik laki-laki mereka yang mungkin berusia 3 tahun. Sang ibu nampaknya baru saja menjemput pulang anaknya dari sekolah. Kehadiran mereka di dalam kereta itu cukup riuh, dan menggusur ketenangan yang tadi menghinggapi. Anaknya yang paling kecil, terus menjahili kakak laki-lakinya. Sementara yang perempuan sepertinya sedang menceritakan pengalaman di sekolah tadi (setidaknya seperti itu dugaanku). Mereka berbicara tidak dengan bahsa Melayu, tetapi dengan bahasa mereka (entah bahasa india atau bahasa tamil). Gaya berbicara mereka pun tak ubahnya dengan yang sering saya lihat di film-film India, yaitu cepat dan dengan kepala yang tak kunjung diam. Saya pun tersenyum-senyum kecil saat melihat mereka. Ada kesan lucu bagi saya, walaupun tak jelas benar dimana lucunya. Saya mencoba melihat ke arah lain, siapa tahu ada juga orang yang juga melihat keluarga India itu sambil tersenyum-senyum. Dan nampaknya tidak. mereka semua diam, tenang dan tak memperhatikan sebagaimana saya. Pasti itu bukan lagi hal yang aneh bagi maereka. Seorang ibu India dengan pakainan sari-nya, dan bercakap-cakap dengan anaknya dengan bahasa mereka, pastilah sesuatu yang wajar dan biasa disini, di Malaysia.

Tiba-tiba saya baru tersadar, bahwa saya berasal dari Indonesia. . .. tempat yang -mungkin- tidak begitu akrab dengan pemandangan langsung seperti ini. Kita di Indonesia juga meiliki keragaman budaya dan kultur. Tapi semua itu kemudian ter-hegemoni oleh sebuah budaya dominan yang cenderung dipaksakan. Hingga kemuadian ada suatu masa saat sebagian etnis dan kultur mulai merasa kehilangan identitas mereka. Semuanya merujuk ke satu titik atas nama 'persatuan dan kesatuan'. Pada akhirnya, kita pun kemudian gagap dengan perbedaan. Tak siap dengan hal-hal yang diluar kebiasaan kita. Dan jika melihat sesuatu yang berbeda seperti itu, kita akan langsung menganggap itu aneh dan mulai menertawai sambil sembunyi-sembunyi. . . ah, tapi mungkin hanya saya yang seperti itu.

Saya kemudian tersadar, bahwa saya sekarang berada di Malaysia. Sebuah negara yang memang terbangun dari beragam bangsa dalam tiga kelompok besar : Melayu, asia selatan dan asia timur. Sebagai mayoritas, bangsa Melayu memang memegang dominasi keber-hidupan di negara ini. Tapi mereka juga memberi ruang leluasa bagi bangsa lain. Walapun bahasa melayu diwajibkan untuk semua warganya (sebagai bahasa pengantar dan penghubung antar bangsa) tapi mereka juga akur dengan bahasa Bangsa lain, begitupun dengan kebudayaannya. Mereka sangat akur dengan perbedaan yang ada. Dan akhirnya setiap etnis bangsa pun tak merasa risih untuk tampil dengan identitas mereka masing-masing.

KRL seperti ini, memang semacam gerbong pertemuan beragam etnis bangsa yang hidup di Malaysia. Di dalamnya, kita bisa melihat dan mendengar mereka beraksi dan berpola sebagaimana adanya mereka. Selain keluarga India tadi, disekitar saya juga ada banyak orang dari Etnis China yang berbincang dan bercakap-cakap dengan bahasa mereka. Ada juga tiga orang arab dan beberapa bule yang duduk berkelompok di sudut belakang KRL ini. (kemungkinan orang Asia Tengah) . . . . . . .Oh iya, ada juga beberapa gadis melayu dengan pakaian khas mereka. Wajah mereka juga khas,... amat manis . . .!!!

. . . absolutely this is Truly Asia . .!!!!

* Kuala Lumpur. Dari atas flat tingkat 10. Saat menyaksikan serial film Upin dan Ipin di TV9

0 komentar:

Posting Komentar