Jumat, 19 Maret 2010

Mythologi Moderen


Kepercayaan akan adanya kekuatan massif yang mengatur segalanya pada seluruh alam semesta ini ada di setiap geografis kebudayaan. Pun, berbagai konsep dan nama yang berbeda antara satu dengan yang lainnya hadir dalam mengidentifikasikan 'Sang Maha Pengatur' ini. Termasuk juga tentang bagaimana hubungan antara 'Sang Pengatur' itu, dengani manusia kebanyakan yang menjadi pengikut dan umatnya. Saya mengenal dalam Islam bahwa 'Sang Pengatur' takkan pernah terjamah ataupun tersentuh baik pada kehidupan dunia ataupun di kehidupan-kehidupan selanjutnya. DIA memiliki jarak dari gambaran manusia tentang bagaimana DIA berwujud. Tak ada satupun literatur suci yang bisa menjelaskan bagaimana bentuk SANG PENGATUR itu. Garis penghalang pun di buat oleh para pemimpin agama. Tak ada, dan tak boleh ada yang menggambarkan bentuk 'Sang Maha Pengatur'. DIa cukup diyakini dan diketahui dari alam semesta yang telah diciptakannya, juga dari sebuah buku suci yang bernama Al Quran.

Jauh sebelum Islam hadir dalam seharah peradaban, masyarakat kebudayaan Yunani Kuno juga mengenal Sang Pengatur semesta ini dalam konsepinya sendiri. Kalau dalam Islam Sang Pengatur itu sifatnya tunggal, maka dalam keyakinan Yunani Kuno, tugas mengatur semesta terbagi dalam jumlah banyak, dan begitupun mereka yang menjalankan tugas itu. Pun berbeda dengan konsepsi dalam Islam, Para pengatur itu 'lebih dekat' dengan manusia-manusia awam yang menghuni kehidupan bumi. Mereka berwujud, mereka bisa turun ke bumi, mereka bisa mencintai, menjalin hubungan dengan manusia, dan dari hubungan itu, lahirlah Domigod. Domigod ini adalah buah peleburan antara manusia dan dan Sang Pengatur atau Dewa. Konsekuensinya, merekapun akan memiliki kelebihan dari orang kebanyakan. Sebuah kekuatan yang mengalir dari keturunan Dewa.

Percy, seorang anak pengidap Dyslexia --kelainan neurolog yang membuat kesulitan untuk membaca atau mengeja -- ternyata merupakan salah satu Domigod itu. Tak tanggung-tanggung, dia adalah anak dari Poseidon sang Dewa Lautan. Sedangkan ibunya adalah seorang wanita biasa yang kemudian harus menikahi laki-laki bajingan yang hanya tahu menyenangkan dirinya sendiri dengan tidur, menenggak minuman keras dan bermain judi. Memang, dalam aturan yang dibuat oleh Zeus, para Dewa boleh bercinta dengan manusia normal tapi tak boleh tinggal lama dengannya. Para Dewa/Dewi itu harus kembali ke tugasnya, sebagai pengatur semesta raya. Tak boleh mengorbankan kepentingan manusia banyak dan alam raya hanya untuk kepentingan pribadi. Maka Percy pun tak pernah mengenal sosok ayah biologis-nya. Sedangkan Ibunya sendiri kukuh menyimpan rahasia tentang ayah Percy untuk alasan keamanan anaknya itu.

Hingga kemudian, lenyapnya tongkat petir milik Zeus memaksa untuk terungkapnya rahasia itu. Salah satu anak dari ketiga pemimpin para Dewa dimajukan sebagai tertuduh. Mungkin kala itu Zeus panik dan kalap sehingga dia langsung menunjuk Percy, anak Poseidon, sebagai pelakunya. Tuntutan pun dia layangkan pada Poseidon. Jika anaknya tak mengembalikan tongkat itu, maka perang antar Dewa akan terjadi. Gawaat, karena itu bisa mengguncang semesta secara keseluruhan dan membawa petaka dimana-mana.

Zeus mungkin pantas kalap. Tongkat itu merupakan sumber kekuatan penakluk yang tak ada bandingannya. Dewa lain yang menguasainya, dipastikan akan menjadi penakluk. Di kalangan Dewa sendiri, posisi Zeus sebagai pemimpin para Dewa tak lantas abadi. Kursi kehormatan itu bisa diperebutkan dan tergantikan. melalui pertarungan tentunya. Zeus sendiri bisa menjadi penguasa tahta para Dewa usai membunuh Kronos, Titan yang merupakan ayahnya sendiri. Dan Zeus tahu, kalau ada yang menginginkan tempatnya. Semisal Hades, Dewa dunia bawah. Dan benar, begitu mendengar bahwa tongkat milik Zeus itu lenyap dan Percy sebagai tersangka utamanya, maka diapun mengirimkan berbagai macam Titan untuk mengganggu dan memaksa Percy menyerahkan tongkat itu. Termasuk pula dengan menawan ibu Percy untuk dijadikan alat tawar terhadap tongkat Zeus itu.

Maka perjalanan panjang Percy dimulai. Setelah diberitahu semuanya perihal identitasnya, dia harus menuntaskan dua misi besar. Membebaskan ibunya dari cengkraman Hades, dan meyakinkan Zeus bahwa bukan dia yang mencuri tongkat petir itu. Bersamanya dalam perjalanan itu, turut pula Gracy Underwood, seorang sahabat kental yang merupakan seekor Satyr (manusia setengah kambing) dan juga Annabelle, wanita perkasa yang merupakan Putri Dewi Athena, yang dikenalnya di Camp Half Blood, perkemahan khusus para Domigod.

Dalam Film Percy, And The Lightning Thief ini, mitos dan legenda kepercayaan Yunani kuno itu dihadirkan dalam konteksnya di jaman sekarang. Settingnya pun ditahun-tahun belakangan ini. Letakkan saja ini sebagai sebuah upaya untuk menghidupkan kembali semangat The Myth of Ancient Greek bagi generasi hedonis yang moderen. Bagaimana kemudian mitos-mitos itu menyisip, menyusuaikan dan berwujud sesuai dengan zaman yang tengah terpampang. Saya sendiri tertawa keras saat melihat penampilan Hades, sang dewa dunia bawah, mengenakan pakaian dan atribut ala Mick Jagger, padahal dia tinggal jauh di dalam bumi sana.

Sejumlah penggalan cerita dalam film ini memang dibuat dalam koridor legenda yang sebenarnya, walau tentu saja dengan perbagai tambalan modifikasi di sini-sana. Memang, Zeus mungkin tak pernah kehilangan tongkat petirnya. Athena juga tak tak pernah memiliki anak bernama Annabelle dan lain sebagainya. Tapi benar sebagaimana cerita legendanya, bahwa Medusa, si wanita berambut ular itu mati di tangan Percy/Perseus (dalam legenda Yunani Kuno, anak Poseidon ini bernama Perseus); juga benar, bahwa dalam perjalanannya, Percy dibekali dengan sepatu bersayap, serta perisai sakti oleh Harmes (namun dalam cerita ini, benda-benda itu diberikan oleh anak Harmes yang bernama Luke Castellan) . . Sekali lagi ini merupakan bentuk negosiasi dengan 'selera pasar' dan keadaan zaman . . .

* Oh iya, kalau menonton film ini, jangan berharap kalau Percy dan Anabelle akan berpacaran atau menjalin hubungan khusus. Karena dalam legendanya, Anabelle itu tidak pernah ada, dan Perceus sendiri, menikah dengan Andromeda. Makanya, pertemuan terakhir mereka berdua di film ini tidak berakhir dengan ciuaman mesra sebagaimana yang biasa terjadi di film-film remaja (jika ada tokoh, Laki-laki dan perempuan, dalam satu petualangan, mereka pasti memiliki kedekatan khusus dan akan berciuman diakhir film itu) ----- Intermezzo

Tak ada yang begitu menarik dari film ini, bagiku, selain sepenggal kecil pengetahuan tentang Mitologi Yunani Kuno dengan tokoh-tokohnya yang begitu kuat memancing keingintahuanku. Tak usahlah bicara tentang bagaimana kualitas film ini. Tak menarik dan terlalu REMAJA. Saya bersepakat dengan seorang teman, bahwa dialog dan adegan-adegan yang teruntai disini membuat ingat sama serial Power Rangers. Mungkin bisa ditarik garis merahnya dengan konteks peluncuran film ini pada seputar perayaan Valentine di Bulan Februari. Tapi kalau niatannya memang seperti itu, kenapa sosok Aphrodite sang dewi kecantikan dan asmara tak kunjung hadir.

Sepulang dari Menonton itu, sejenak saya membayangkan kalau misalnya film itu benar adanya. Bahwa diantara jiwa-jiwa kita manusia ini, ada yang memang keturunan para Dewa/Dewi Yunani Kuno. Mewarisi sebagian kecil kekuatannya dan bisa nampak dalam keberhidupan sehari-hari. Entah kenapa, saya langsung mengingat teman SD saya yang tak pernah alpa untuk berkelahi setiap harinya. Selalu saja ada musuh baginya, dan berkelahi adalah sumber kenikmatan. Mungkin saja, dia keturunana Ares, Si Dewa Perang. Pernah juga saya mengenal seseorang yang bisa membuat orang lain diam, terhenyak dan 'membatu' saat menatap matanya (Matanya memang indah) sebagaimana Medusa, Gorgonne berambut Ular itu. . . . .

Makanya, karena terlalu mencintai Lautan dan Pantai, mungkin tidak salah kalau saya mulai merasa sebagai salah satu Keturunan Poseidon . . . Wkwkwkwkw

0 komentar:

Posting Komentar