Jumat, 19 Maret 2010

Somethin' I call : CARE

Waktu sore pun tiba, dengan membawa keadaan sebagaimana yang kuharapkan. Matahari yang benderang dan hujan yang tidak turun. Dan sudah berlangsung sedari siang. Kondisi ini berarti banyak bagiku. Sepatu olah ragaku kering dengan sempurna. Begitu pula dengan celana pendekku. Singkatnya, aku siap untuk memulai olahraga lagi .. . . Memulai ?. ya, memulai. Beberapa bulan terakhir ini, berolahraga (dalam hal ini bermain sepakbola) telah menjadi sesuatu yang langka dalam keseharianku. bahkan dalam sebulan belakangan, boleh dibilang tidak pernah lagi. Entah kenapa . . . mau di kata sibuk, tidak juga. mau di kata malas, tapi hasrat itu selalu ada. . . ah, mungkin ada yang lain . . ... tapi sudahlah, itu tak penting . . . . !!!! yang jelas aku akan memulai semuanya lagi .

Padahal semasa kuliah dulu ---- Ah, . . sebenarnya saya malas mengingat dan menceritakan itu lagi, karena bayangmu pasti akan terselip diantaranya--- bermain sepakbola di kampuz adalah kegiatan wajib, yang tak pernah luput untukku lewatkan. bagiku, bermain bola itu adalah hasrat yang mustahil untuk kutahan. Dia semacam passion yang menggelora dan bagai magnet besar yang selalu menarikku untuk masuk ke dalamnya. Tak ada yang bisa menghentikan itu. kau tahu, aku bahkan sempat meninggalkan beberapa mata kuliah sore hanya untuk bermain bola, yang berakibat aku harus mengambil lagi mata kuliah itu di beberapa semester menjelang akhir masa kuliahku. Bagaimana tidak, setiap sore hari kaki-kakiku serasa gelisah. Perasaanku tak lantas tenang jika berada di tempat yang bukan lapangan bola. Pokoknya, setiap sore hari pikirianku pasti tertuju ke lapangan bola . . . aneh bukan . .!!!!!!

Tapi aku masih ingat sesuatu dan Aku masih ingat dengan jelas. Saat itu aku mengendap-ngendap keluar dari kelas pada suatu sore, kita berpapasan di pintu kelas. Kau bertanya aku mau kemana. Pertanyaan yang basi, karena aku tahu, kau sebenarnya tahu apa tujuanku. Meninggalkan kelas untuk pergi bermain bola. teman-teman lain juga sudah tahu akan itu, karena itu kulakukan setiap hari. Wajahmu lantas berkerut. Saya bisa menangkap, betapa kau tidak senang. Wajah 'gusar' yang tak pernah kulihat sebelum-sebelumnya tiba-tiba hadir entah dari mana, walau tetap indah tentunya.

Tapi aku cuek saja waktu itu.Mengacuhkanmu yang masih terdiam di depan pintu itu. Sementara teman-temanmu yang lain sudah mengambil tempat di dalam kelas., Tapi jujur, perasaanku sontak menjadi tak tenang, hingga aku berjalan kerumah, bahkan sampai saat bermain bola. Padahal kalau sudah menginjak lapangan dan menyentuh si kulit bundar itu, tak ada permasalahan yang bisa menganggu geloraku. sepelik apapun itu. tapi kini . . aku menjadi tak seperti biasanya. Perasaanku terus tak tenang . .. dan itu terbawa hingga pulang ke rumah menjelang maghrib.

Sampai dirumah... perasaan gelisahku menemui puncaknya saat SMS-mu tiba. Intinya, kau memang tak suka dengan kebiasaanku itu. meninggalkan kuliah sore hanya untuk bermain bola. ini adalah sebuah konfirmasi dari kegelisahan yang mengerubutiku sedari tadi.

Akhirnya saya tersadar . . sekuat apapun gelora dan hasratku untuk bermain bola, . . Ternyata ada mampu meredam itu. Mencerabut kemapanan ego dan ambisi pribadiku dan bahkan membuatku tak tenang karenanya.

Aku masih di tengah kegelisahaan saat itu. Tapi usai membaca SMS-mu dalam pembaringanku . . tiba-tiba ada perasaan bahagia, entah dari mana. Aku pun tersenyum sendiri . " GOD, she is . . . . "

0 komentar:

Posting Komentar